Sstttt…denger, denger…!!!
Ne, ne…kiite kudasai…!!!
Gitu kalau yang ngomong bosku yang suka nunduk-nunduk itu.
Apa sih yang kamu rasakan ketika tiba-tiba ada SMS masuk ke HP kamu yang isinya:
Lagi ngapain? Hmm, kemarin kamu keren deh…
Atau:
Lagi bete nih sama angka-angka… Jadi pengen denger suara kamu…
Haiiyyyya….gedubrakk!!!
Jujur deh, perasaan apa yang berkecamuk dalam hatimu? Rasanya seperti apa degupan jantungmu?? Bagaimana kalau digambarkan diatas kertas HVS, apakah gambar waru-waru??? Atau mendadak rasa melayang jauh ke awang-awang????
Trus, pas terima SMS begitu, kondisinya kamu lagi marahan sama istri. Lagi sebal ternyata belahan jiwamu yang udah dinikahi 3 tahun ini, di rumah dasterannnnn mulu tiap hari. Padahal dulu pas masih kamu pacarin, selalu fashionable dengan t-shirt dan jiensnya yang keren.
Atau, suamimu akhir-akhir ini semakin hobby molor dengan masih make sarung kebanggaannya, padahal kamu yang notabene istrinya ini sudah pontang panting menjelajahi dapur sejak jam 4 pagi tadi. Yang misal kamu protes dengan teriakan panjang sekalipun, dia bakal lebih merapatkan sarung serta menutup kuping dengan bantal.
Hmm, dan tiba-tiba hari ini ada yang menilaimu lebih. Ada yang diam-diam memperhatikan kamu. Ada yang ngomong jujur ke kamu, bahwa kamu bisa menjadi ‘seseorang yang berharga’ dimatanya, untuk mengurangi bete kerjaannya lo...
Fuuiiihh, yang kerasa tuh seperti kesanjunggggg banget kali ya...bahagia, seneng, campur aduk gitu.
Selanjutnya, pertama-tama, mungkin kita akan respon SMS ga penting tadi. Awalnya sih mungkin sekedar untuk lucu-lucuan. Untuk ngelupain beban hidup yang semakin hari makin menguras energi kita.
Yang semula mungkin hanya SMS sehari sekali, nambah menjadi 3 kali sehari, lantas lebih intens…dan kemudian, makin intens…
Awalnya, mungkin kita tidak pernah berpikir dan berniat buat mengkhianati pasangan kita. Catat ya, ini hanya selingan. Tidak lebih…, gitu janji kita di lubuk hati terdalam.
Tapi, seiring berjalannya waktu, semakin intens apa yang kita sharingkan bersama itu, tanpa kita sadari, kita jadi semakin dekat dengan lawan flirter ini. Kita jadi merasa ada yang kurang dalam hari ini, andai tidak ada khabar tentangnya yang mampir ke inbox HP sampai siang hari. Dan sorenya, kita jadi mikir, ada apa ya? Kenapa ya?? Sedang apa dia??? Bersama siapa???? Sedang bermain apa????? :p
So sweeeettt…
Apa sih yang kamu cari dari sebuah relationship yang abu-abu begini?
Hmm, apakah mungkin ini sebagai pembuktian diri bahwa, “eh, ternyata gue masih laku lo…….!!! “Atau, rasa deg-degan, yang seru abis seperti pada saat kita sedang naik sebuah roll coaster? Bisa juga, mungkin karena kita ngerasain sebuah sensasi melayang, dibuai, dibuat terbang tinggi ke awan oleh lawan abu-abu kita ini?
Bayangin aja, di usia kesekian, ditengah deraan perasaan bahwa seringkali pasangan tanpa sengaja seperti dengan sengaja mengabaikan kita, tiba-tiba ada orang yang ‘menghargai’ eksistensi kita…
Akankah kita terus pasrah dipermainkan perasaan? Trus sampai kapan? Apakah menunggu sampai ketahuan pasangan?
Yeaaahh, mungkin ada segelintir orang yang bisa me-manage perasaannya agak tidak berlarut-larut, tapi kalau kita tidak bisa meredamnya?
Apakah semua yang terasa indah itu dapat bertahan lama? Tidakkah kita berpikir, itu semua hanya asyik diawal saja??
Ketika kita sudah sadar dan berusaha melupakannya, lalu tidak lagi meneruskan aktifitas (negatif) itu, memang susah dan berat sihh... Tapi yakin deh, itu hanya pertama-tama. Dengan berjalannya waktu, ketika pikiran sudah jernih dan tidak dipengaruhi emosi, percaya deh, tak jarang kita malah menertawakan kekonyolan yang kita buat tempo hari. Coba pikir-pikir lagi, ingat-ingat lagi, perhatian yang kita berikan kepada orang yang tidak seharusnya itu, terasa nggilani banget lo…hehehe.
Kalau ga percaya, coba deh baca ulang SMS-SMSnya, syukur-syukur kamu bacanya ketika sudah dalam kondisi ga terhipnotis cinta…:p
Belum lagi, sempat ga kepikiran, akibat ulah kita, kita ga sadar, akan membuat sakit hati pasangan (baca: istri, suami…).
Kalau kita mau jujur, bikin deh list, seberapa banyak ruginya, seberapa sedikit untungnya menjalin hubungan beginian.
Kalau kita diselimuti rasa ‘dendam ataupun sakit hati’, rasa pembuktian pada pasangan bahwa,” gue juga ada yang merhatiin kok…”
Lhah, apa sih untungnya buat kita rasa begitu? Jujur nih, paling hanya rasa puas dalam sekejap. Rasa gengsi, bangga, prestige…trus rasa itu semua untuk apa, coba?
Didalam agama yang kita anut, jelas-jelas kita dilarang untuk sombong atau menyombongkan diri. Kita dilarang juga buat balas dendam kepada orang lain yang telah menyakiti kita. Dan, kalau kita mau merenung, energi dendam yang secara tidak sadar kita simpan dalam hati ini, dapat menutup aura positif yang kita miliki dalam diri. Akibatnya, itu akan terlihat pada fisik. Kita akan keliatan jutek, judes, bete, ga pedulian sama lingkungan. Nah, kalau sudah begitu, apa itu tidak merugikan kita? Lingkungan sekitar rugi, apalagi kita sendiri?
Belum lagi, berapa orang yang tersakiti akibat ngejar gengsi kita tadi? Pasangan, anak-anak, ortu kita, saudara, mungkin juga sahabat, yang mau nggak mau pastinya terimbas tanpa kita sadari… bahkan, kalau mau agak jauhan, “teman” kita flirting tadi…
Come on, kalau sudah sekompleks ini, mungkinkah kepuasan akan ego kita, telah terbayar dengan effect domino yang akan terjadi nantinya?
Dan ketika kita sudah bisa berpikir jernih dengan menancapkan sugesti pada diri sendiri, bahwa ini semua hanya kenikmatan sesaat (halah, bahasanya…), seperti halnya ketika kita menyeruput kopi panas di sore hari, atau mendapatkan sesuatu yang kita buru, dimana nilai rasa nikmatnya tuh luarrrrrr biasa, apakah tidak sebaiknya kita tidak lakukan hal-hal berisoko begitu…?
Pasangan kita, -entah itu istri atau suami kita-, pada saat kita sudah mantap untuk mengajak mereka berkomitmen, adalah orang yang segalanya diatas semua mantan-mantan kita. Kalau kita sudah berani melangkah ke jenjang yang serius dengannya, berarti dia ini adalah orang yang harus kita terima segala kelebihan dan kekurangannya. Sebagai manusia normal, kitapun bukan makhluk yang sakti mandraguna kok. Kalau kita mau mengakui, kita juga sebenarnya tak luput dari banyak kekurangan. Kalau boleh usul, kekurangan pasangan, bisa kita jadiin kelebihan kita… Setuju,ga?? :)