Tuesday, April 26, 2011

perhatian lain, dari orang lain...

Sstttt…denger, denger…!!!

Ne, ne…kiite kudasai…!!!

Gitu kalau yang ngomong bosku yang suka nunduk-nunduk itu.

Apa sih yang kamu rasakan ketika tiba-tiba ada SMS masuk ke HP kamu yang isinya:

Lagi ngapain? Hmm, kemarin kamu keren deh…

Atau:

Lagi bete nih sama angka-angka… Jadi pengen denger suara kamu…

Haiiyyyya….gedubrakk!!!

Jujur deh, perasaan apa yang berkecamuk dalam hatimu? Rasanya seperti apa degupan jantungmu?? Bagaimana kalau digambarkan diatas kertas HVS, apakah gambar waru-waru??? Atau mendadak rasa melayang jauh ke awang-awang????

Trus, pas terima SMS begitu, kondisinya kamu lagi marahan sama istri. Lagi sebal ternyata belahan jiwamu yang udah dinikahi 3 tahun ini, di rumah dasterannnnn mulu tiap hari. Padahal dulu pas masih kamu pacarin, selalu fashionable dengan t-shirt dan jiensnya yang keren.

Atau, suamimu akhir-akhir ini semakin hobby molor dengan masih make sarung kebanggaannya, padahal kamu yang notabene istrinya ini sudah pontang panting menjelajahi dapur sejak jam 4 pagi tadi. Yang misal kamu protes dengan teriakan panjang sekalipun, dia bakal lebih merapatkan sarung serta menutup kuping dengan bantal.

Hmm, dan tiba-tiba hari ini ada yang menilaimu lebih. Ada yang diam-diam memperhatikan kamu. Ada yang ngomong jujur ke kamu, bahwa kamu bisa menjadi ‘seseorang yang berharga’ dimatanya, untuk mengurangi bete kerjaannya lo...

Fuuiiihh, yang kerasa tuh seperti kesanjunggggg banget kali ya...bahagia, seneng, campur aduk gitu.

Selanjutnya, pertama-tama, mungkin kita akan respon SMS ga penting tadi. Awalnya sih mungkin sekedar untuk lucu-lucuan. Untuk ngelupain beban hidup yang semakin hari makin menguras energi kita.

Yang semula mungkin hanya SMS sehari sekali, nambah menjadi 3 kali sehari, lantas lebih intens…dan kemudian, makin intens…

Awalnya, mungkin kita tidak pernah berpikir dan berniat buat mengkhianati pasangan kita. Catat ya, ini hanya selingan. Tidak lebih…, gitu janji kita di lubuk hati terdalam.

Tapi, seiring berjalannya waktu, semakin intens apa yang kita sharingkan bersama itu, tanpa kita sadari, kita jadi semakin dekat dengan lawan flirter ini. Kita jadi merasa ada yang kurang dalam hari ini, andai tidak ada khabar tentangnya yang mampir ke inbox HP sampai siang hari. Dan sorenya, kita jadi mikir, ada apa ya? Kenapa ya?? Sedang apa dia??? Bersama siapa???? Sedang bermain apa????? :p

So sweeeettt…

Apa sih yang kamu cari dari sebuah relationship yang abu-abu begini?

Hmm, apakah mungkin ini sebagai pembuktian diri bahwa, “eh, ternyata gue masih laku lo…….!!! “Atau, rasa deg-degan, yang seru abis seperti pada saat kita sedang naik sebuah roll coaster? Bisa juga, mungkin karena kita ngerasain sebuah sensasi melayang, dibuai, dibuat terbang tinggi ke awan oleh lawan abu-abu kita ini?

Bayangin aja, di usia kesekian, ditengah deraan perasaan bahwa seringkali pasangan tanpa sengaja seperti dengan sengaja mengabaikan kita, tiba-tiba ada orang yang ‘menghargai’ eksistensi kita…

Akankah kita terus pasrah dipermainkan perasaan? Trus sampai kapan? Apakah menunggu sampai ketahuan pasangan?

Yeaaahh, mungkin ada segelintir orang yang bisa me-manage perasaannya agak tidak berlarut-larut, tapi kalau kita tidak bisa meredamnya?

Apakah semua yang terasa indah itu dapat bertahan lama? Tidakkah kita berpikir, itu semua hanya asyik diawal saja??

Ketika kita sudah sadar dan berusaha melupakannya, lalu tidak lagi meneruskan aktifitas (negatif) itu, memang susah dan berat sihh... Tapi yakin deh, itu hanya pertama-tama. Dengan berjalannya waktu, ketika pikiran sudah jernih dan tidak dipengaruhi emosi, percaya deh, tak jarang kita malah menertawakan kekonyolan yang kita buat tempo hari. Coba pikir-pikir lagi, ingat-ingat lagi, perhatian yang kita berikan kepada orang yang tidak seharusnya itu, terasa nggilani banget lo…hehehe.

Kalau ga percaya, coba deh baca ulang SMS-SMSnya, syukur-syukur kamu bacanya ketika sudah dalam kondisi ga terhipnotis cinta…:p

Belum lagi, sempat ga kepikiran, akibat ulah kita, kita ga sadar, akan membuat sakit hati pasangan (baca: istri, suami…).

Kalau kita mau jujur, bikin deh list, seberapa banyak ruginya, seberapa sedikit untungnya menjalin hubungan beginian.

Kalau kita diselimuti rasa ‘dendam ataupun sakit hati’, rasa pembuktian pada pasangan bahwa,” gue juga ada yang merhatiin kok…”

Lhah, apa sih untungnya buat kita rasa begitu? Jujur nih, paling hanya rasa puas dalam sekejap. Rasa gengsi, bangga, prestige…trus rasa itu semua untuk apa, coba?

Didalam agama yang kita anut, jelas-jelas kita dilarang untuk sombong atau menyombongkan diri. Kita dilarang juga buat balas dendam kepada orang lain yang telah menyakiti kita. Dan, kalau kita mau merenung, energi dendam yang secara tidak sadar kita simpan dalam hati ini, dapat menutup aura positif yang kita miliki dalam diri. Akibatnya, itu akan terlihat pada fisik. Kita akan keliatan jutek, judes, bete, ga pedulian sama lingkungan. Nah, kalau sudah begitu, apa itu tidak merugikan kita? Lingkungan sekitar rugi, apalagi kita sendiri?

Belum lagi, berapa orang yang tersakiti akibat ngejar gengsi kita tadi? Pasangan, anak-anak, ortu kita, saudara, mungkin juga sahabat, yang mau nggak mau pastinya terimbas tanpa kita sadari… bahkan, kalau mau agak jauhan, “teman” kita flirting tadi…

Come on, kalau sudah sekompleks ini, mungkinkah kepuasan akan ego kita, telah terbayar dengan effect domino yang akan terjadi nantinya?

Dan ketika kita sudah bisa berpikir jernih dengan menancapkan sugesti pada diri sendiri, bahwa ini semua hanya kenikmatan sesaat (halah, bahasanya…), seperti halnya ketika kita menyeruput kopi panas di sore hari, atau mendapatkan sesuatu yang kita buru, dimana nilai rasa nikmatnya tuh luarrrrrr biasa, apakah tidak sebaiknya kita tidak lakukan hal-hal berisoko begitu…?

Pasangan kita, -entah itu istri atau suami kita-, pada saat kita sudah mantap untuk mengajak mereka berkomitmen, adalah orang yang segalanya diatas semua mantan-mantan kita. Kalau kita sudah berani melangkah ke jenjang yang serius dengannya, berarti dia ini adalah orang yang harus kita terima segala kelebihan dan kekurangannya. Sebagai manusia normal, kitapun bukan makhluk yang sakti mandraguna kok. Kalau kita mau mengakui, kita juga sebenarnya tak luput dari banyak kekurangan. Kalau boleh usul, kekurangan pasangan, bisa kita jadiin kelebihan kita… Setuju,ga?? :)

Tuesday, April 19, 2011

Masalah itu....

Semalam temanku memberi khabar,” Hmm, gue pengen cerai deh, boy…” tulisnya by online YM.

Hwaaaa…..gila ga sih? Ini sudah hampir 23.50, mataku yang semula menciut tinggal 5 watt, mendadak belok.

Apa sih yang dicari ibu muda satu anak batita ini? Ga ada hujan ga ada angin. Datang ga diundang, pergi ga diusir. Tiba-tiba dan ujug-ujug dia tulis kalimat dasyat begitu. Yang, walaupun aku ga denger langsung dari mulutnya, hanya aku baca lewat tulisannya aja, tapi soundsystem halunisasi dibelakangnya tuh yang kerasa seperti, “ JEDUUUUUAAAAAAARRRRRRRRRR!!!!!!!!!!!!”

Diatas kepalaku mendadak muncul bulatan-bulatan seperti di film kartun. Banyak banget tanda tanya yang terlukis disitu. Banyak banget keheranan yang tiba-tiba muncul. Yang akhirnya bermuara ke satu arah,” Apa sih yang dicari?”

“ Kamu kenapa, say…? ”

“ Gue sudah males deh boy, kayaknya sudah ga bisa ditoleransi lagi sikap suami gue. Gue bosen kalau setiap hari begini terus. Hidup gue monoton. Gue hidup yang gue cari kenyamanan, bo’. Nah kalau gue sudah ga dapatkan itu, kenapa gue konyol mempertahankan pernikahan ini? “ tulisnya panjang lebar. The moment Kenny G yang mengalun lembut di telinga, sudah ga terasa damainya terdengar dari laptop 10,1 ku.

“ Gue pengen hidup mandiri bersama anak gue. Gue bisa kok begitu…” sambungnya lagi sebelum sempat aku respon.

Aku sadar setiap orang tuh punya masalah. Sepanjang kita masih hidup dan bernafas, seperti sesosok makhluk dunia lain-masalah selalu menghantui kita. Tapi aku juga percaya bahwa, tidak ada sebuah masalah yang tidak ada solusinya. Ini bukan menyitir kalimat iklan sebuah lembaga yang mengklaim menyelesaikan masalah tanpa masalah…

Heiii, padahal yang sebenarnya tuh, masalah juga lo seandainya masalah kita akan diselesaikan oleh lembaga tersebut, tapi kita sendiri tidak ada sesuatu yang dapat kita agunkan ke mereka. Hehehe…

Ini juga bukan jorgan positif yang selalu kita yakini, bahwa ketika Allah SWT memberikan kita sebuah masalah, Allah sudah mengukurnya, Allah tau kita bakal bisa menyelesaikannya. Karena masalah yang diberikan, bukan diatas kemampuan kita.

Atau, kita bisa berpositif thinking, menyakini bahwa, masalah yang menimpa kita, akan membuat kita menjadi semakin dewasa. Bisa juga, masalah membuat hidup kita menjadi lebih dinamika dan kaya, lebih variatif, lebih berwarna. Bukan hitam dan putih saja. Tanpa sebuah masalah, kita seperti robot yang berjalan lurus dalam hidup ini. Apa hebatnya? Apa enaknya?

Ketika makan menu yang samaaaaaa terus dalam satu tahun, apa kita tak bosan melulu begitu saja?

Hampir 3 tahun lalu, ketika si teman ini belum berkeluarga, dia mengeluh,” Gue kapan ya bisa nikah, boy? Secara umur gue semakin lama-semakin tua gitu lo. Tar kalo gue punya anak, anak gue belum besar, gue udah duluan pensiun. Gue tua terbongkok-bongkok, anak gue baru wisuda…Hwaaaa….nah terus ketika gue sudah mati, gue belum sempet liat anak gue menikah . Gue juga ga sempet nimang cucu gue dong??”

Aku juga masih ingat ketika temanku itu datang jauh-jauh nemuin aku cuman bilang,” Gue bakal menikah lo, boy…Bulan April tar.” Katanya berbinar-binar sembari menyorongkan undangan coklat silver.

Aku bengong sedungu-dungunya. Karena tiga bulan sebelumnya, dia sempat kirim email via attachment MS word berlembar-lembar tentang kegalauan hatinya karena tidak segera bisa menikah, nah ini dia datang dengan langsung mendadak mengundang ku untuk datang dipesta pernikahannya.

Walaupun setengah kaget, aku ikutan senang.

“ Kamu nikah sama orang, say? “tanyaku ketika itu setengah bloon.

“ Yaiyalah boy…masa gue nikah sama kodok!”

Aku menyeringai,” bukan gitu…maksudku, kok mendadak banget gitu lo…hehehe. Kamu yakin sama pilihanmu kali ini? Orang mana? Temen apa? Kenalan dimana? Umurnya berapa? Kerja apa? Emang kamu cinta dia?” Berondongku seperti sebuah tembakan meriam membabi buta.

Waktu itu dia hanya nyengir aja menanggapi pertanyaanku yang bertubi-tubi.

“ Gue gak butuh cinta boy... Kata nenek, cinta bisa tumbuh seiring dengan berjalannya waktu…”

Hahaha, “memang kamu hidup pada jaman nenek kamu? “

“Yaaaa….seenggaknya kan bisa aku coba…”

Batinku protes, hmmm….apakah sebuah pernikahan itu adalah sebuah eksperimen trial and error yang kalau gagal dan tidak berhasil bisa kita lepas begitu aja?

Sebuah pertanyaan nih buat aku pribadi…Karena, jujur aku tidak sampai hati buat mengemukakannya ke dia secara langsung.

Satu hal yang aku sayangkan, kenapa ketika semua itu sudah mulai temanku raih, harus begitu cepat berakhir …??? berakhir dengan ending seperti begini lagi…

Lirih dalam hati aku berharap, semoga hati temanku segera tersadar bahwa, disamping kenyamanan yang mungkin bakal teraih seperti dalam bayangannya, ada sedikiiiiittttttt saja pemikiran bahwa ada jiwa kecil rapuh yang jadi korban karena ortunya tidak lagi bersama-sama dalam keseharian dia nantinya.

Semoga temanku mau berfikir dengan kepala dingin, bahwa sebuah keluarga itu dibangun untuk dipelihara dengan siraman komunikasi dan dipupuk oleh kompromi.

Satu lagi, semoga temanku ini mau sekedar menengok ke belakang, apa sih tujuannya ketika menikah dulu itu…:)

Monday, April 18, 2011

Pesawat termurah.....

Aku selaluuuu dibuat terheran-heran dengan boss satu ini. Bayangin, semua orang ketika naik pesawat, rata-rata tuh yang dicari:

1. Aman

2. Nyaman

Secara kita diatas ketinggian gitu lo, trus kalau terjadi apa-apa dengan kita gimana coba ? Dan lagi, perlu digaris bawahin ya, tiket ini yang beli kantor a.k.a gratis, kenapa harus ribet cari yang murah-murah seehhh??? *geleng-geleng kepala mode on*

Heran!

Seperti siang ini.

“ Saya mau ke Makassar. Yang berangkat bisa jam 9-an, Ulfa san. Pakai pesawat apa ya yang murah? “

Dieng!!

Nah, kan? Dugaanku tepat menuju sasaran tanpa meleset seincipun.

Aku garuk-garuk kepala, “ Apa ya yang murah?? “ Aku balik nanya,” Tidak mau yang aman ka?? “

“ Murah dan aman ne! “

Haiyya….Murah, aman? Ke laut aje kali….Kalau kata orang suku tertentu ketika kita nawar becaknya, tak jarang mereka meledek,” Dooo…mbayar sewu njaluk slamet…”

Aku masih mikir sembari browsing internet. Murah, aman…Murah, aman…Hmm, bagaimanapun juga, aman adalah alasan yang kesekian setelah murah…

Think…

Think..,think…

Insight!!!

Yeah! Eureka!!

Murah, aman…. gak pakai boarding, gak pake bayar airport tax…solusinya hanya satu, apalagi kalau bukan…. PESAWAT TELEPON, my boss!!

Kata temanku, “iyya, kalo ga dipakai, cuman bayar abonement…”