Semalam temanku memberi khabar,” Hmm, gue pengen cerai deh, boy…” tulisnya by online YM.
Hwaaaa…..gila ga sih? Ini sudah hampir 23.50, mataku yang semula menciut tinggal 5 watt, mendadak belok.
Apa sih yang dicari ibu muda satu anak batita ini? Ga ada hujan ga ada angin. Datang ga diundang, pergi ga diusir. Tiba-tiba dan ujug-ujug dia tulis kalimat dasyat begitu. Yang, walaupun aku ga denger langsung dari mulutnya, hanya aku baca lewat tulisannya aja, tapi soundsystem halunisasi dibelakangnya tuh yang kerasa seperti, “ JEDUUUUUAAAAAAARRRRRRRRRR!!!!!!!!!!!!”
Diatas kepalaku mendadak muncul bulatan-bulatan seperti di film kartun. Banyak banget tanda tanya yang terlukis disitu. Banyak banget keheranan yang tiba-tiba muncul. Yang akhirnya bermuara ke satu arah,” Apa sih yang dicari?”
“ Kamu kenapa, say…? ”
“ Gue sudah males deh boy, kayaknya sudah ga bisa ditoleransi lagi sikap suami gue. Gue bosen kalau setiap hari begini terus. Hidup gue monoton. Gue hidup yang gue cari kenyamanan, bo’. Nah kalau gue sudah ga dapatkan itu, kenapa gue konyol mempertahankan pernikahan ini? “ tulisnya panjang lebar. The moment Kenny G yang mengalun lembut di telinga, sudah ga terasa damainya terdengar dari laptop 10,1 ku.
“ Gue pengen hidup mandiri bersama anak gue. Gue bisa kok begitu…” sambungnya lagi sebelum sempat aku respon.
Aku sadar setiap orang tuh punya masalah. Sepanjang kita masih hidup dan bernafas, seperti sesosok makhluk dunia lain-masalah selalu menghantui kita. Tapi aku juga percaya bahwa, tidak ada sebuah masalah yang tidak ada solusinya. Ini bukan menyitir kalimat iklan sebuah lembaga yang mengklaim menyelesaikan masalah tanpa masalah…
Heiii, padahal yang sebenarnya tuh, masalah juga lo seandainya masalah kita akan diselesaikan oleh lembaga tersebut, tapi kita sendiri tidak ada sesuatu yang dapat kita agunkan ke mereka. Hehehe…
Ini juga bukan jorgan positif yang selalu kita yakini, bahwa ketika Allah SWT memberikan kita sebuah masalah, Allah sudah mengukurnya, Allah tau kita bakal bisa menyelesaikannya. Karena masalah yang diberikan, bukan diatas kemampuan kita.
Atau, kita bisa berpositif thinking, menyakini bahwa, masalah yang menimpa kita, akan membuat kita menjadi semakin dewasa. Bisa juga, masalah membuat hidup kita menjadi lebih dinamika dan kaya, lebih variatif, lebih berwarna. Bukan hitam dan putih saja. Tanpa sebuah masalah, kita seperti robot yang berjalan lurus dalam hidup ini. Apa hebatnya? Apa enaknya?
Ketika makan menu yang samaaaaaa terus dalam satu tahun, apa kita tak bosan melulu begitu saja?
Hampir 3 tahun lalu, ketika si teman ini belum berkeluarga, dia mengeluh,” Gue kapan ya bisa nikah, boy? Secara umur gue semakin lama-semakin tua gitu lo. Tar kalo gue punya anak, anak gue belum besar, gue udah duluan pensiun. Gue tua terbongkok-bongkok, anak gue baru wisuda…Hwaaaa….nah terus ketika gue sudah mati, gue belum sempet liat anak gue menikah . Gue juga ga sempet nimang cucu gue dong??”
Aku juga masih ingat ketika temanku itu datang jauh-jauh nemuin aku cuman bilang,” Gue bakal menikah lo, boy…Bulan April tar.” Katanya berbinar-binar sembari menyorongkan undangan coklat silver.
Aku bengong sedungu-dungunya. Karena tiga bulan sebelumnya, dia sempat kirim email via attachment MS word berlembar-lembar tentang kegalauan hatinya karena tidak segera bisa menikah, nah ini dia datang dengan langsung mendadak mengundang ku untuk datang dipesta pernikahannya.
Walaupun setengah kaget, aku ikutan senang.
“ Kamu nikah sama orang, say? “tanyaku ketika itu setengah bloon.
“ Yaiyalah boy…masa gue nikah sama kodok!”
Aku menyeringai,” bukan gitu…maksudku, kok mendadak banget gitu lo…hehehe. Kamu yakin sama pilihanmu kali ini? Orang mana? Temen apa? Kenalan dimana? Umurnya berapa? Kerja apa? Emang kamu cinta dia?” Berondongku seperti sebuah tembakan meriam membabi buta.
Waktu itu dia hanya nyengir aja menanggapi pertanyaanku yang bertubi-tubi.
“ Gue gak butuh cinta boy... Kata nenek, cinta bisa tumbuh seiring dengan berjalannya waktu…”
Hahaha, “memang kamu hidup pada jaman nenek kamu? “
“Yaaaa….seenggaknya kan bisa aku coba…”
Batinku protes, hmmm….apakah sebuah pernikahan itu adalah sebuah eksperimen trial and error yang kalau gagal dan tidak berhasil bisa kita lepas begitu aja?
Sebuah pertanyaan nih buat aku pribadi…Karena, jujur aku tidak sampai hati buat mengemukakannya ke dia secara langsung.
Satu hal yang aku sayangkan, kenapa ketika semua itu sudah mulai temanku raih, harus begitu cepat berakhir …??? berakhir dengan ending seperti begini lagi…
Lirih dalam hati aku berharap, semoga hati temanku segera tersadar bahwa, disamping kenyamanan yang mungkin bakal teraih seperti dalam bayangannya, ada sedikiiiiittttttt saja pemikiran bahwa ada jiwa kecil rapuh yang jadi korban karena ortunya tidak lagi bersama-sama dalam keseharian dia nantinya.
Semoga temanku mau berfikir dengan kepala dingin, bahwa sebuah keluarga itu dibangun untuk dipelihara dengan siraman komunikasi dan dipupuk oleh kompromi.
Satu lagi, semoga temanku ini mau sekedar menengok ke belakang, apa sih tujuannya ketika menikah dulu itu…:)
2 comments:
wow.....ibu konsultan rupanya ada order lagee neeeeh....hahahay...hem kalo boleh koment sih,kalo menerutku klien ibu mengalami syndrom angin anginan hahah maksudnya dia tuh agak lupa sama namanya komitmen...uwahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh bahasaku rekkkk...:D
hahaha....bahasamu, bahasa pantai pattayat...:p
Post a Comment