Perjalanan dimulai dari Pandaan tercinta kurang lebih pukul 13.25an, lalu kita menuju kearah Pasuruan. Berhubung jam segitu waktunya makan siang, kita jam 15.00 sengaja ngisi perut ke rumah makan BU ANIS, kalau ga salah itu daerah Gondang Legi (wah, geografiku untuk beginian memang payah…).
Model rumah makannya nih ber-leseh2an gitu, diantaranya banyak pohon2 besar sehingga membuat suasana rumah makan tersebut rindang.
Setelah kenyang bersantap siang, kita lanjutkan ke tujuan awal, Banyu Biru. Hari sudah sore (lupa ga liat jam berapa telah sampai disini..:-p), tapi yang jelas masih banyak pengunjung yang berada di area wisata.
Sampai parkiran.
Beli tiket masuk.
Murah lo…2 rebu per/org.
Dan, ternyata…
Jreng-jreng…
Banyu Biru adalah sebuah area pemandian yang dilingkupi pohon-pohon beringin besar. Aku sempat tengak-tengok, air dalam kolam yang super jernih sampai ikan-ikannya ini jelas terlihat, berasal dari mananya ya??
Mau nanya teman-temanku yang budiman ini, kok rasanya ga mungkin. Bukannya apa-apa, tapi terkadang keterangan mereka suka menyesatkan. Akhirnya, alih-alih beli teh botol “S” yang sangat kugandrungi ini, aku nanya-nanya ibu penjual.
“ Bu, airnya kolam pemandian ini dari mana ya asalnya? “
Ibu ini sesaat bengong.
“ Lhah, ya dari sumber asli dong, mba… “
Adoh, ibu ini. Lha aku ini kan nanya, kok jawabannya itu lo…:-(
“ Sebelah mana bu, saya ga melihatnya… “ aku masih bingung.
“ Itu…! “ si ibu penjual menudingkan jari tangan kanannya. “ Yang di dekat patung itu…! “
Dari jarak penjual makanan2 ringan ini, sekitar 50 meter di depannya, memang ada sebuah patung KALA (bukan double L lo!). Tapi patung itu belum sempat kudekati.
“ Sumbernya keluar dari dalam, mba.. “ Gitu lagi katanya lebih ramah dan jelas kali ini.
Aku manggut-manggut.
“ Berapa bu tehnya? “ Aku meletakkan sebotol teh yang telah tandas kepadanya.
“ Tiga ribu… mmm, kembaliannya minta uang logam ka? “
“ Ah ya, boleh… “ jawb saya.
Memang, di pemandian Banyu Biru ini ada “atraksi lain” yang dapat kita nikmati. Beberapa anak usia SD an gitu, banyak yang mencari rejeki dari koin lemparan pengunjung. Jadi, si anak-anak ini akan berjajar sepanjang kolam, lalu mereka akan terjun ke dalam kolam tidak lama setelah pengunjung melemparkan koin-koin uang logam. Biasanya 5 ratusan gitu… Tapi, ya terserah pengunjunglah… :-)
Kolam sumber itu terdiri dari 3 jajar yang berbeda ukuran dan kedalaman. Kolam 1 relatif paling besar dan dalam, dibandingin sama kedua saudaranya. Kolam kedua yang ada disebelahnya, luasnya lebih kecil dan agak sedikit lebih dangkal. Kolam medium ini biasanya digunakan oleh perempuan dan anak-anak, karena relative lebih aman. Kolam yang terakhir, mungkin karena dia ragil, memiliki space yg paling kecil serta diujung. Di kolam paling buncit ini, orang menggunakannya untuk mandi dan cuci baju. Tidak heran, banyak buih sabun di sini. Oh ya, dikolam terakhir ini, juga merupakan buangan dari kolam kesatu dan kedua karena memang airnya dibuat berhubungan dari kolam terbesar menuju kolam terkecil. Diantara kolam kedua dan ketiga ini, karena ada jalan selebar 1 meteran gitu, sama pengelola dipakai sebagai tempat cuci motor pengunjung. Mungkin si motor juga supaya dapat berkah “panjang umur dan awet muda” dari air sumber tersebut… :-p
Selain kolam yang berasal dari sumber, ada juga kolam renang buatan. Besarnya sekitar 15 meter X 20 meter gitu…
Selain itu, bagi pengunjung yang suka bermain-main ayunan, jumpat jumpit atau selurutan, disediakan juga alat-alat tersebut.
Yang sayang satwa, juga bisa melampiaskan rasa sayangnya tanpa perlu takut untuk diseruduk gajah, jerapah, keledelai yang berukuran jumbo karena, sesungguhnyalah binatang-binatang tersebut tidak bergerak dan tak pernah melawan.
Satu-satunya binatang hidup, hanya satu keluarga monyet yang terdiri dari sepasang ortu serta 1 ekor anaknya yang imyut abis…
Akhirnya, 17.15 kita keluar dari area Banyu Biru.
Tujuan kita selanjutnya, mampir ke kios durian pak Haji Mat. Menurut “pak driver” ( ;-p ), durian bapak haji ini top bangets..
Sampai kios durian tepat ketika magrib berkumandang.
Ini percakapan orang geblek vs pak Haji Mat selaku pemilik kios:
“ Pak, gimana ya caranya supaya abis makan nanti tangan saya gak bauk ?
“ saya memandang pak Haji lurus-lurus.
Pak Haji menoleh sekilas.
“ Taruh aer dipelepah bagian dalam kulit buah duriannya ya,pak ? “ Saya lanjut lagi.
Jawab pak haji sungguh menohok, “ Ya enggaklah mbaaakkkk.... klo gak mau bauk.... ya jangan makan....”
Hmmm, sembharangan bapaknya ini… :-(